Bank Jateng Lirik Industri Kreatif DIY

  • 15 Jul
  • Prov Jateng
  • No Comments

Yogyakarta – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mempunyai banyak potensi industri kreatif yang harus terus dikembangkan sehingga menjadi sentra industri kreatif di Indonesia. Guna menggali serta mengembangkan potensi itu dibutuhkan dukungan dan kontribusi masyarakat, seniman, dunia pendidikan, serta perbankan.

“Kenapa Yogya mulai dilirik, karena DIY gudangnya industri kreatif di samping di sektor tumpuan ekonomi lainnya, yaitu pendidikan, pariwisata, dan budaya. Kalau Bank Jawa Tengah akan menggarap potensi industri kreatif maka tembakannya pada UMKM,” ujar Ekonom UGM Prof Dr Mudrajad Kuncoro saat menjadi narasumber pada Focus group Discussion (FGD) bertema Meningkatkan Daya Saing Bank Jateng sebagai “Buku 3” di Alana Hotel Yogyakarta, Jumat (14/7).

Selain Prof Dr Mudrajad Kuncoro, hadir pula sebagai narasumber Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP dan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional Jateng dan DIY M Ichsanuddin. FGD yang diselenggarakan Bank Jateng tersebut juga dihadiri Dirut Bank Jateng Supriyatno, para pelaku usaha di DIY, serta kalangan akademika.

Prof Munadjat menyampaikan, sebagai gudangnya kreativitas di berbagai sektor termasuk seni rupa, industri musik, desain, pariwisata, kuliner, animasi, serta fashion, produk yang dihasilkan pun tersebar hampir di semua kecamatan di DIY. Namun, perlu diperhatikan, bagaimana mengakselerasi tumbuhan ekonomi di DIY dengan memanfaatkan semua potensi dan stakeholder yang ada, mengajak masyarakat berpikir global dengan sikap lokal.

Ia mencontohkan animo masyarakat mengunjungi beberapa tempat wisata di Jateng dan DIY yang ada di film Ada Apa Dengan Cinta 2. Tidak hanya para anak baru gede (ABG) yang tertarik, masyarakat dari berbagai kalangan juga penasaran untuk datang ke objek wisata dan kuliner dalam film remaja tersebut, seperti Punthuk Setumbu dan Gereja Jago di Kabupaten Magelang.

“Bahkan sudah ada yang mendesain paket wisata ke lokasi dengan harga sekitar Rp 2 juta untuk dua atau tiga hari. Ini menunjukkan bahwa integrasi ekonomi lintas provinsi dan lintas kabupaten sudah terjadi, kalau kita berbicara peluang pasar, ini adalah peluang bisnis yang harus kita garap,” bebernya.

Demikian pula potensi pengembangan industri kreatif di Goa Pindul yang berlokasi di Gunung Kidul. Hampir setiap libur panjang jumlah pengunjung membludak hingga mencapai sekitar 15 ribu per hari. Namun sarana prasarana sekitar lokasi wisata belum mendukung, termasuk keberadaan anjungan tunai mandiri (ATM) untuk kebutuhan transaksi keuangan.

“Tapi sayangnya di sana (Goa Pindul) tidak ada petunjuk jalan menuju lokasi wisata maupun ATM. Ini peluang yang bisa dikembangkan dan diberdayakan,” imbuhnya.

Dalam paparannya, Guru Besar UGM itu menjelaskan pelaku UMKM kerap kali kesulitan mengembangkan usahanya karena beberapa faktor, antara lain menyangkut permodalan, pemasaran, serta ketersediaan bahan baku. Terkait akses permodalan, hanya sebagian kecil UMKM yang bisa mengakses kredit perbankan, para pelaku UMKM sebagian besar mengaku tidak tertarik dengan pinjaman kredit bank, bahkan antara belum mengetahui tentang kredit perbankan.

“Ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang prosedur pinjam kredit, tidak mempunyai agunan yang memadai, prosedur yang dinilai berbelit. Selain itu lembaga penjamin kredit daerah belum ada di Yogya,” katanya.

Sedangkan UMKM yang ada di Indonesia termasuk Jateng dan DIY, sebagian besar bercirikan antara lain tidak ada pemisahan antara pemilik dan manajerial, menggunakan tenaga kerja sendiri atau satu keluarga, mengandalkan modal sendiri, pengerjaan dilakukan di rumah.

Sementara itu, Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP dalam paparannya mengatakan, Bank Jateng yang populer dengan nama Bank Pembangunan Daerah (BPD) turut berperan dalam menggerakkan perekonomian dan mendorong pembangunan melalui beragam program guna memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Selama ini Bank Jateng juga melayani UMKM yang butuh pinjaman kredit dengan suku bunga rendah. Kita juga mulai berpikir potensi-potensi di berbagai daerah yang bisa dikembangkan melalui Bank Jateng,” katanya.

Pengembangan jejaring bisnis Jateng di daerah tetangga, kata dia, merupakan upaya untuk mengali sekaligus mengembangkan potensi yang ada di masing-masing daerah, terutama sektor UMKM yang banyak terdapat di Jateng dan DIY. Melalui kredit pinjaman mudah dan bunga murah dari Bank Jateng, kreativitas masyarakat akan semakin berkembang, tercipta lapangan pekerjaan baru, dan kesejahteraan meningkat.

“Saya ingin masyarakat miskin, pedagang di pasar tradisional maupun UMKM juga bisa mendapatkan kredit pinjaman secara mudah dan bunga rendah dari Bank Jateng. Ayo disengkuyung bareng-bareng agar bank ini menjadi kuat dan berkembang jejaring bisnisnya,” pintanya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait