SINAU BARENG CAK NUN DI BALAIKOTA BERLANGSUNG MERIAH

  • 28 Apr
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

 

SEMARANG-Ribuan warga masyarakat dari berbagai kalangan tumpah ruah memadati halaman Balaikota Semarang pada Selasa (25/4) malam. Bukan untuk berdemo, namun mereka hadir guna mengikuti pengajian akbar dalam rangka memperingati hari jadi ke-470 Kota Semarang dan Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW 1438 Hijriyah. Acara dengan tema “Sinau Bareng Cak Nun” menghadirkan tokoh budayawan kondang Emha Ainun Nadjib bersama Kiai Kanjeng.

Hadir di tengah-tengah acara, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, Ketua Syuriah PCNU Kota Semarang, KH Hanif Ismail, Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Semarang A. Jumai serta jajaran dari Instansi Pemerintah Kota Semarang.

Setelah lantunan ayat suci Al-Qur’an, Walikota Semarang Hendrar Prihadi langsung memberikan sambutan. Hendi sapaan akrab orang nomor satu di Kota Semarang berharap agar warga Semarang tetap menjaga dan memelihara kondusivitas Kota Semarang sebagai miniaturnya nusantara. “Yang mana keberagaman selalu ada menyelimuti, tetapi masyarakatnya tetap menjaga keguyuban dan saling menghormati. Kedua modal tersebut penting sebagai modal pembangunan” tuturnya.

Apalagi saat ini, Kota Semarang sudah memasuki usia ke-470 tahun, tentunya di samping berbagai kelebihan juga masih ada kekurangan yang masih harus diperbaiki. Di sinilah peran pemerintah dan masyarakat untuk bisa sinau (belajar) bareng memperbaiki segala kekurangan yang ada, sebab tidak ada manusia yang sempurna, semua harus belajar bersama-sama untuk kemajuan Bangsa. “Sinau atau belajar tidak hanya diperuntukan bagi anak-anak kecil, tetapi sebagai manusia makhluk tidak sempurna, proses belajar ini harus kita lakukan terus menerus” tambah Hendi.

“Usia Kota Semarang hingga mencapai 470 tahun ini juga terjadi dari proses belajar yang dilakukan oleh pahlawan yang selalu ingin lepas dari belenggu penjajahan”, tungkasnya.

Selaras dengan yang dikatakan Walikota, Emha Aninun Najib merespon positif mengenai sinau bareng yang digagas Walikota. Menurutnya sinau itu bersifat umum dan jangkauannya masih luas. Sehingga diperlukan beberapa tingkatan untuk memaksimalkan proses tersebut. “Sinau berbeda dengan sinau pada umumnya. Diperlukan gradasi, level dan dinamika vertikal maupun internalnya untuk menjadikan proses tersebut bisa maksimal” urai Cak Nun di depan ribuan jamaah.

Adapun tingkatan yang dimaksud Emha Ainun Najib sebagai berikut pertama tahapan tadarus atau darus yang artinya mengenali dan mengingat satu per satu. Kedua, tahfidz yakni menghafalkan. Ketiga ta’alum atau ta’alim yaitu mempelajari secara umum segala hal yang akan dipelajari. Keempat, ta’arif yang artinya mempelajari lebih spesifik dan tahapan terakhir ta’dim proses belajar yang mulai menjadi pemberadaban.

Terkait dengan HUT Kota Semarang ke 470, Cak Nun mengajak hadirin menghayati kembali Kota Semarang yang hampir mencapai usia setengah milenium itu. Dia menanyakan apakah Kota Semarang saat ini sudah sesuai  cita cita awal para pendiri.

Cak Nun mengibaratkan, perjalanan Kota Semarang seperti lagu “Gundul Gundul Pacul” karya Sunan Kalijogo, yang  memiliki arti pemimpin harus bisa mengemban amanah rakyat.

Selain itu, menurut Cak Nun, Kota Semarang berbeda dengan kota kota besar lain, seperti Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta. “Jika Yogyakarta memiliki akar budaya yang runtut, terstruktur. Tetapi Kota Semarang sulit karena memiliki tipe sosiologi yang berbeda dengan daerah lain, serta topografi tanah yang berbeda pula. Kendati demikian, adanya Kota Semarang hingga saat ini dengan berbagai persoalan yang ada menunjukkan Kota Semarang adalah kota yang hebat”, tuturnya.

Menutup sesi tausiah Cak Nun mengajak mendoakan bersama agar Kota Semarang menjadi kota yang lebih baik, masyarakatnya semakin sejahtera, dijauhkan dari bencana dan warganya semakin guyub dan kompak untuk bersama-sama membangun kota, bangsa  dan Negara Indonesia.

Berita Terkait