KEMBANGKAN SASTRA LEWAT KOMUNITAS SASTRA NDOG ASIN

  • 14 Sep
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

BREBES-Menulis, menjadi ladang persemaian kehidupan bagi Bachtiar Luthfi untuk menuangkan berbagai ide dan  gagasan yang terbuncah dari dalam dadanya. Hari-harinya dia habiskan untuk membaca dan menulis fiksi dari puisi, cerpen hingga novel. Lewat fiksi, menurutnya dunia tiada batas dan skat, berselancar bebas dengan menuangkan berbagai ide tanpa harus ada ikatan formalitas.

“Lewat fiksi, kita bisa mengkritisi, bahkan berbakti tanpa menyakiti, tanpa menghakimi,” ujar penerima beasiswa Menulis Fiksi Tempo Jakarta, saat dihubungi penulis di MA N Brebes 01, Rabu (13/9).

Tenaga Honorer di Perpustakaan MA N  Brebes ini mengaku sudah ribuan puisi sudah dia ciptakan. Dan pada bulan Bahasa Oktober 2017 akan dilaunching bersama Komunitas Sastra Ndog Asin Brebes (Kasab). “Lewat komunitas ini, memacu para penulis sastra Brebes semangat kasab atau kerja, berkarya,” ujar pria kelahiran Brebes 1 agustus 1992.

Anak pasangan Achmad Sofi dan Suci Haryati ini telah mendapat Beasiswa menulis fiksi tempo, melalui tempo institute pada 27 Juli sampai 31 Agustus di Jakarta. Bachtiar lolos setelah menangguhkan ratusan pesaing lainnya se Indonesia. “Tahun ini, hanya diambil 12 peserta, yang dua orang mendapat beasiswa yakni saya dan teman saya Wildan dari Karawang Jabar,” ungkapnya.

Dengan  beasiswa tersebut, lanjutnya, Bachtiar mengaku makin semangat untuk berkarya didunia sastra. Selain pengalaman dan penambahan ilmu yang sebelumnya tidak didapat dibangku sekolah maupun kuliah.

Karya-karya Bachtiar antara lain terbit di Riau Post, Kompas.Com. Sedang cerpennya menjadi nominator terbaik pada lomba cerpen Universitas Tidar Magelang, Festival Sastra Solo.

Bersama KASAB, akan melaunching antologi puisi Negeri Bawang termasuk di dalamnya ada penyair Brebes Dimas Indiana Senja.

Alumni UPS Tegal jurusan Bahasa Indonesia 2015 ini mengaku hobi menulis sejak masih nyantri di Pondok Pesantren Mahaduth Tholabah Babakan Tegal. Dia tertarik dengan kitab Al Barzanji yang berisi syair syiar puji-pujian untuk nabi Muhammad. “Keindahan ulama dalam menulis, sangat menyentuh hati. Saya pengin seperti mereka, menciptakan syair-syair untuk kedamaian dan keindahan hati,” ucapnya.

Lebih dari seribu judul puisi yang dia buat, akan lebih konsen lagi ke puisi, cerpen dan novel. Dengan kehadirannya dalam dunia sastra di Brebes berharap bisa menambah perkembangan sastra di Brebes.

Di rumahnya Jalan Desa Petunjungan, Bulakamba, Brebes dia bertekad akan terus berpacu membuncahkan segala ide yang masih mengganjal dalam dadanya. “Kita bisa berbuat, berkarya meski Brebes masih dikategorikan sebagai daerah yang masih kering sastra,” pungkasnya. (wasdiun)

Berita Terkait