Jangan Menyerah Ketika Anak Tidak Mau Makan

  • 27 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Ibu hamil tidak mau makan dengan alasan gawan bayi? Hal itu jangan dibiarkan. Terlebih, jika terjadi pada awal kehamilan.

 

Hal itu ditegaskan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, saat live Instagram Ngopi Hits “Peran Keluarga dalam Pencegahan Stunting”, bersama Widyaiswara BKKBN Provinsi Jawa Tengah Dyah Siti Sundari, Selasa (27/4/2021). Menurutnya, pada trimester pertama justru merupakan saat penting tumbuh kembang janin, terutama untuk pertumbuhan otak dan mencegah stunting.

 

Ditambahkan, dalam 1.000 hari pertama kehidupan, asupan gizi mesti diperhatikan. Namun, bagi sebagian orang, khususnya mereka yang menikah muda dengan emosi yang masih labil, terkadang masih lebih memilih makan sesuatu yang disukai, bukan yang dibutuhkan.

 

“Alasannya, gawan bayek (bawaan bayi) tidak mau makan. Padahal trimester pertama asupan gizi sangat penting untuk bayi. Tapi untuk mereka yang sudah berusia matang, biasanya lebih faham hal seperti itu,” ungkapnya.

 

Menurut Atikoh, pemahaman pencegahan stunting perlu diberikan sejak remaja. Sebab, stunting tidak membuat tubuh anak yang pendek, namun bisa berdampak jangka panjang yang mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia (SDM). Antara lain, anak sulit belajar, kurang bisa bersaing kompetitif, hingga memiliki potensi penyakit tidak menular, seperti hipertensi, diabetes, obesitas, dan sebagainya.

 

Atikoh menekankan, kasus stunting tidak bisa di-recovery, namun bisa dicegah dengan asupan gizi yang mencukupi, mulai dari kehamilan. Bahkan, saat remaja, perempuan sudah dibiasakan untuk mengonsumsi makanan bergizi, agar terhindar dari anemia. Apalagi, angka anemia masih cukup tinggi, yakni sekitar 30 persen.

 

“Pemeriksaan saat kehamilan juga penting, untuk mengidentifikasi kognitif bayi, berat badan, lingkar lengan, lingkar kepala. Jika ada perbedaan, segera konsultasikan dengan dokter agar lebih cepat tertangani,” ujar ibu satu anak ini.

 

Setelah lahir, imbuhnya, asupan bayi juga diperhatikan. Dia mesti mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif hingga usia enam bulan. Setelah enam bulan, bayi diberi makanan sesuai usianya. Latih anak untuk menyukai makanan yang dibutuhkan tubuh.

 

Dalam hal ini, ibu dituntut kreatif. Jangan menyerah ketika anak tidak mau makan. Tidak perlu emosi, apalagi marah-marah karena akan justru membuat anak tidak mau makan. Jika anak tidak suka dengan makanan tertentu, bisa diganti dengan makanan lain yang memiliki nilai gizi.

 

“Biasanya remaja sekarang tidak suka sayur, terlalu banyak karbohidrat. Makan nasi, dengan kentang dan perkedel. Itu kan sama saja. Yang perlu diperhatikan lagi, mengelola gizi seimbang bukan tidak makan, tapi mengatur pola makan. Banyak makan sayur, kurangi lemak, perbanyak buah, banyak olahraga dan aktivitas fisik. Jadi, input dan output seimbang,” tandas Atikoh. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait