Bisnis Kotak Hantaran, Peluang Bangkit dari Krisis

  • 25 Nov
  • yandip prov jateng
  • No Comments

TEMANGGUNG – Lusi Suswinanti (56) semringah usai merampungkan pembuatan kerajinan kotak hantaran saat pelatihan di Gedung Usaha Kecil Menengah (UKM) Center Kabupaten Temanggung, Rabu (25/11/2020). Usai mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Dinas Perindustrian Perdagangan dan UKM setempat tersebut, ia mendapat ide untuk membuat dan menjual kotak hantaran sebagai alternatif unit usahanya.

Diakui Lusi, sejak pandemi Covid-19 tahun ini, bisnis fesyen kategori wedding dress yang ia kelola di rumahnya, Kawasan Perum Korpri Badran, Kecamatan Kranggan, Temanggung, tengah lesu. Semua pesanan gaun pengantin telah dibatalkan, lantaran masih ada aturan untuk tidak menyelenggarakan resepsi selama pandemi, agar tidak menimbulkan kerumunan yang dapat memicu penularan Covid-19.

Padahal selama enam tahun terakhir, bisnis fesyen gaun pengantin dengan brand ‘Lusi Chan’ yang dikelolanya terbilang mumpuni. Dalam sebulan, ia bisa menyelesaikan tiga hingga empat pasang pakaian pengantin (pria dan wanita), beserta enam hingga delapan unit pakaian untuk pengiring dan pendamping pengantin. Semuanya dikerjakan oleh delapan orang pekerjanya.

Ia mematok ongkos jahit satu unit gaun pengantin sebesar Rp2,5 juta. Jika pelanggan memesan gaun berikut kainnya, maka bisa dikenai harga hingga Rp5 juta per unit.

“Karena semua order wedding dress di- _cancel_, maka saya tidak punya penghasilan. Delapan orang pekerja saya terpaksa sempat dirumahkan sementara waktu, selama sekitar sebulan diawal pandemi,” tutur Lusi.

Tak rela bisnis yang dirintisnya bertahun-tahun runtuh dihajar pandemi Covid-19, ibu dua anak ini terus memutar otak untuk mencari alternatif usaha agar brand Lusi Chan terus berproduksi. Sekitar Maret, ia mulai terpikir membuat masker dari kain-kain batik yang dijahit halus. Lusi mempromosikan masker buatannya melalui media sosial, dan mendapat respon bagus dari konsumen. Tanpa pikir panjang ia langsung memutuskan memproduksi masker kain.

“Saya panggil para pekerja kembali karena penjualannya luar biasa. Dalam sebulan saya bisa mendapat omzet Rp6 juta sampai Rp7 juta. Waktu awal pandemi memang volume penjualan masker amat tinggi,” ungkap Lusi.

Seiring berjalannya waktu, popularitas masker kain produksi Lusi Chan juga menurun. Penghasilannya juga berkurang menjadi hanya kisaran Rp5 juta per bulan. Namun belakangan, sekitar sebulan terakhir juga sudah mulai diperbolehkan ada resepsi dengan menjaga protokol kesehatan, sehingga pesanan wedding dress mulai timbul lagi, meski jumlahnya masih kecil.

“Kotak hantaran ini sepertinya bisa saya kembangkan jadi bisnis baru. Akan saya jual terpisah kotak hantarannya pada konsumen yang memesan wedding dress. Ini sepertinya akan sangat lumayan,” ujar Lusi.

Rizki Alhidayah (27) pelaku usaha kecil dari Desa Tegowanu, Kecamatan Kaloran melihat hal yang sama, yakni peluang bisnis membuat kotak hantaran sebagai alternatif usahanya yang sedang lesu dihajar pandemi Covid-19.

Pada kondisi normal, penghasilan dari toko bajunya bisa mencapai Rp800-900 ribu per dua minggu. Sejak pandemi, tokonya tutup. Bahkan pada musim lebaran Idul Fitri lalu dalam waktu tiga minggu ia hanya mendapat Rp200 ribu.

Selain memiliki toko baju, Rizki juga menjual kopi khas Temanggung. Area penjualannya hingga Pulau Bali dan Semarang dengan volume pengiriman rata-rata tiga box berisi 300 bungkus kopi per bulan sebelum pandemi. Semenjak pandemi semua pengiriman kopi otomatis dihentikan.

“Rasanya sangat sedih karena pendapatan berkurang drastis. Mau belanja barang saja takut kena virus Corona. Saya menghabiskan waktu selama pandemi untuk menulis novel. Sudah ada 11 novel yang diterbitkan. Harapan saya, dengan pelatihan ini ada keterampilan baru dan peluang bisnis baru,” tutur Rizki.

Kepala Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Disperindagkop dan UKM Kabupaten Temanggung Rahmaningrum, mengatakan, pelatihan membuat kotak hantaran ini diikuti 30 orang pelaku UKM yang semuanya terdampak pandemi Covid-19. Pihaknya memprioritaskan UKM bidang kerajinan yang diberi pelatihan. Pematerinya Jeanne Pattalawa, Owner Jenny Collection Semarang yang sudah 23 tahun menjalankan bisnis kotak hantaran.

“Kami bikin pelatihan hantaran karena ingin mengembangkan ketrampilan di semua sektor UKM, baik UKM yang akan tumbuh atau yang sudah jalan. Target kita menumbuhkan usaha mikro agar naik kelas menjadi usaha kecil. Hantaran itu kerajinan yang tidak digeluti semua orang. Ini sisi lain peluang usaha yang bisa dikembangkan,” pungkas Rahma.

Penulis : MC.TMG/Tosiani;Ekape

Editor : WH/Diskominfo Jtg

Berita Terkait